Saturday, May 7, 2011

Jangan pernah kompromi dengan dosa


Raja bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka itu pada raja. Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya” (Daniel 1:19-20).
Daniel ialah salah satu tokoh di Alkitab yang dari awal kisahnya hingga akhir hidupnya memang seorang yang konsisten. Kita tak pernah mendengar sesuatu yang salah pada dirinya. Kita akan mempelajari, apa rahasia Daniel bisa konsisten dari awal hingga akhir hidupnya.
Pada pasal 1 kitab Daniel, Babel dan raja Nebukadnezar merupakan symbol dari dunia ini. Dari awal perobohan menara Babel pada kitab Kejadian, hingga kitab Wahyu, di mana Tuhan Yesus akan menghancurkan Babel untuk selama-lamanya. Seperti di dunia ini, dunia akan selalu berusaha menarik kita dan menjatuhkan kita. Dengan segala upaya dunia akan berusaha membawa kita menjauh dari Tuhan.
Di Kitab Daniel, saat pembuangan ke negeri Babel, usia Daniel masih remaja sekitar 15 tahunan. Namun, di usianya yang masih muda ia tetap menjaga hubungannya dengan Tuhan, dengan tidak menajiskan dirinya. Tentu hal itu akan sangat sulit kita temui dalam hari-hari ini, karena banyak remaja-remaja yang suka sekali berkompromi dengan dosa.
Saat di Babel, pemimpin pegawai istana mengubah nama Daniel, Hananya, Misael dan Azarya menjadi Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Di Israel, seseorang tidak asal-asalan dalam memberi nama kepada anak mereka. Daniel berarti Allah ialah Hakim saya, dirubah menjadi Beltsazar yang artinya dewa Belt (Beltsazar) melindungi saya. Hananya berarti Allah adalah murah hati, diganti menjadi Sadrakh yang artinya dewa matahari. Misael berarti siapakah yang seperti Allahku, diganti menjadi Mesakh yang artimya, milik dewa Ve. Azarya berarti Tuhan penolongku, dirubah menjadi Abednego yang artinya hamba dewa Nego. Penggantian nama itu ditujukan untuk mengubah paradigma mereka, agar mereka tak mengingat lagi tentang asal mereka, negeri mereka, serta keluarga mereka.
Di negeri pembuangan Babel, Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya pun disuguhi dengan santapan raja dan anggur yang biasa diminum raja. Dalam hal ini juga, Nebukadnezar “mengubah” mereka secara pelan tapi pasti tanpa harus memaksa mereka meninggalkan Allah mereka dan menyembah dewa. Memang Daniel belajar tentang politik, dan segala macam tentang Babel, namun untuk makan sesuatu, ia tak mau berkompromi sedikitpun. Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan yang sudah dipersembahkan ke dewa.
Seringkali kita dengan mudah menolak dosa yang nampaknya besar tapi sering kita kompromi dengan “dosa-dosa kecil” yang justru sering menjatuhkan kita.
Di suatu hutan di Amerika ada sebatang pohon redwood yang ber-diameter sangat besar, kokoh dan menjulang tinggi, karena usianya telah 400 tahun lebih. Suatu saat pohon itu tumbang padahal tak ada hujan, petir dan angin keras. Setelah di selidiki, ternyata pohon tersebut tumbang karena seekor kumbang kecil yang masuk dari celah-celah pohon itu dan memakan habis semua sel-sel yang berada dalam pohon itu.
Dari ilustrasi ini, kita bisa ambil kesimpulan bahwa kita bisa tampil sempurna di luarnya, namun jika kita kompromi dengan hal-hal kecil yang menggerogoti hati kita, maka kejatuhan hanyalah masalah waktu.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih Anda telah memberi komentar